TPA Sumur Batu Kota Bekasi Kerap Longsor, Sopir Truk Ketakutan

5 days ago 15

Beranda Berita Utama TPA Sumur Batu Kota Bekasi Kerap Longsor, Sopir Truk Ketakutan

ANTRE MASUK : Sejumlah truk sampah antre di area TPA Sumur Batu, Kota Bekasi. Para sopir mengaku khawatir dengan kondisi tumpukan sampah yang kerap longsor, terlebih saat musim hujan. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Para sopir truk sampah yang setiap hari keluar masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu Kota Bekasi, bekerja dengan rasa ketakutan. Pasalnya, area penimbunan sampah di lokasi tersebut kerap mengalami longsor.

Pantauan di lokasi, kondisi jalan menuju TPA Sumur Batu tampak memprihatinkan. Jalur yang dilalui truk-truk sampah itu rusak parah dan dipenuhi genangan air bercampur air lindi cairan hasil rembesan sampah yang berbau menyengat.

Salahsatu sopir truk, Nanang (40), mengaku khawatir setiap kali bekerja di area tersebut.

BACA JUGA: TPA Sumur Batu Kota Bekasi Longsor Lagi, Aktivitas IPLT Lumpuh

“Pasti khawatir, takut ketibun longsor,” ujar Nanang yang sudah 12 tahun menjadi sopir truk sampah di TPA Sumur Batu, Selasa (7/10).

Nanang mengaku, meski belum pernah ada kendaraan yang tertimbun langsung, kejadian longsor sudah sering terjadi.

“Longsor mah sering, tapi kalau nimpa mobil belum pernah. Intinya ya khawatir kalau kondisi begini,” tambahnya.

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Bagong Suyoto, perwakilan warga sekaligus Ketua Koalisi Persampahan Nasional.

Ia menilai, kondisi TPA Sumur Batu sudah dalam tahap darurat kritis akibat sistem pengelolaan yang tidak sesuai standar dan minimnya alat berat.

“Biasanya longsor kalau musim hujan. Berat jenis sampahnya nambah, sementara alat beratnya kurang. Sekarang yang operasi cuma tiga, padahal butuh delapan,” ujar Bagong.

Menurutnya, longsor terakhir bahkan terjadi dua kali hanya dalam waktu beberapa pekan. Area paling rawan berada di zona 3, yang disebutnya sebagai titik paling parah.

“Korban sih belum ada lagi, tapi dulu tahun 2017 pernah ada pemulung yang tertimpa. Jadi sebenarnya yang paling was-was itu para sopir dan operator alat berat,” katanya.

Bagong menjelaskan, sejak dioperasikan pada 2001, sistem pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu masih menggunakan metode open dumping sampah ditumpuk secara terbuka tanpa pengolahan lanjutan. Padahal, menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, metode ini seharusnya sudah ditinggalkan.

“Mestinya sistemnya sanitary landfill, tapi karena sampahnya udah numpuk, lahan barunya nggak ada. Akhirnya ya ditumpuk terus. Akibatnya pencemaran ke kali Ciketing makin parah,” jelasnya.

Ia pun mendesak Pemerintah Kota Bekasi segera mengambil langkah tanggap darurat untuk menata ulang tumpukan sampah, memperbaiki infrastruktur jalan menuju TPA, dan menambah alat berat.

“Kita pengen Pak Wali Kota nengok ke sini. Minimal rapiin dulu sampahnya, jalannya, dan alat beratnya ditambah. Karena ini udah darurat,” tegas Bagong.

Lebih lanjut, Bagong berharap proyek waste to energy senilai Rp2,3 triliun yang direncanakan Pemkot Bekasi dapat segera terealisasi. Dengan teknologi itu, 1.000 ton sampah per hari bisa diolah menjadi energi listrik.

Namun, sambil menunggu proyek berjalan, warga dan pekerja berharap keselamatan mereka tidak diabaikan.

“Sebelum bicara teknologi modern, yang penting sekarang tanggap darurat dulu. Jangan sampai ada korban lagi karena longsor,” pungksnya (rez)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |