Beranda Cikarang Cerita Wakasat Reskrim Polres Metro Bekasi AKP Perida, Sempat Dua Kali Gagal Masuk Akpol

RADARBEKASI.ID, BEKASI – “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.” Pepatah itu menggambarkan perjalanan karier AKP Perida Apriani Sisera Panjaitan, yang saat ini menjabat sebagai Wakasat Reskrim Polres Metro Bekasi.
Perempuan yang disapa Perida ini sudah memendam impian menjadi polisi sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Setiap pagi, ia kerap melihat polisi wanita (Polwan) yang berjaga di jalan, yang menjadi inspirasi masa kecilnya.
Sejak SD, Perida mulai serius menyiapkan diri untuk mendaftar Akademi Kepolisian (Akpol). Salah satu caranya adalah dengan rajin sikat gigi agar tidak bolong.
“Pas pendaftaran polisi itu kan giginya harus bagus, tingginya harus sesuai. Jadi dari kecil aku sudah rajin sikat gigi. Pas sudah waktunya, aku langsung daftar Akpol,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (6/10).
Namun, jalan menuju keanggotaan Polri tidaklah mudah. Perida sempat dua kali gagal dalam seleksi penerimaan. Pada percobaan ketiga tanpa sepengetahuan orangtuanya, ia berhasil diterima.
Saat itu, ia masih menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di lingkungan keluarga, Perida menjadi satu-satunya yang berkarir di kepolisian. Ia meneruskan perjuangan ayahanda yang pernah gagal masuk ke kepolisian dan kini berhasil.
“Lulus Akpol aku di Lalu Lintas. Setelah mencoba di Lalu Lintas, aku coba reserse. Kok kayaknya lebih tertantang. Aku suka ngulik, suka berdiskusi,” ujar lulusan Akpol 2013 dari Detasemen Budhi Luhur Bhayangkara
Sebelum menjadi Wakasat Reskrim Polres Metro Bekasi, Perida sempat bertugas di Polda Sumatera Utara pada 2014 hingga 2019. Kemudian berpindah ke Akpol Semarang sebagai pengasuh dan tenaga pendidik hingga akhir 2021.
Lalu ia kembali bertugas pada Direktorat Kriminal Khusus Polda Jawa Barat hingga 2022. Kemudian menjadi Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota dari 2022 hingga 2023 dan bertugas di Divisi Humas Mabes Polri hingga 2025. Berbagai pengalaman manis dan pahit telah dirasakannya selama menjadi reserse.
“Semua pencapaian itu tidak mudah. Seperti waktu mengungkap kasus pembunuhan di Cirebon. Kita mengungkap kasus pembunuhan yang harusnya bisa menggunakan penyelidikan zaman sekarang melalui IT, kan? Ternyata kita nggak pakai itu,” ujar perempuan kelahiran 1991 ini.
“Jadi justru kayak balik lagi ke konvensional, memang kita door to door, ngobrol, duduk, terus tidur di mobil gitu. Perjuangan dua minggu nggak tidur itu yang akhirnya, Puji Tuhan, kita dapat tersangkanya,” terang Perida.
Selama menjabat sebagai Wakasat Reskrim Polres Metro Bekasi, Perida merasakan perbedaan mencolok dibanding saat bertugas di Cirebon. Bukan hanya dari jenis perkara, tetapi juga dari kultur dan karakter masyarakatnya.
“Yang uniknya karena satu peristiwa pidana itu calon tersangkanya atau bahkan yang jadi tersangkanya satu, korbannya bisa puluhan. Banyak itu menurutku sesuatu hal yang nggak biasa,” tuturnya.
Di Polres Metro Bekasi, AKP Perida menjadi satu-satunya wanita yang menjabat sebagai Wakasat Reskrim selama beberapa periode pergantian Kapolres Metro Bekasi.
Ia mengungkap, menjadi komandan bukanlah hal yang mudah. Di sisi lain, mayoritas anggota reserse di Polres Metro Bekasi merupakan laki-laki. Ia dituntut untuk mengomandoi, memanage, dan menjadi problem solver bagi para anggotanya.
“Aku harus terkadang dipaksa untuk melebihi batasku sebagai seorang perempuan. Karena memang jabatan operasional. Aku gak lihat gender aku adalah polisi wanita. Aku harus turun ke lapangan. Harus sudah bisa melakukan apa yang mereka lakukan juga. Misalnya memikirkan strategi penanganan perkara. Kami jadi penyidik harus netral ini. Nah ini kan harus butuh strategi bagaimana langkahnya,” paparnya.
Di balik kesibukan dan tekanan pekerjaan, Perida punya cara sederhana untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya.
“Olahraga itu kunci. Kalau tidak ke gym, ya jogging sore. Itu jadi stress release. Kalau tidak, ya menonton film. Weekend kadang masih sempat masak, meskipun sekadar menumis,” katanya.
Meski karirnya terus menanjak, Perida tetap rendah hati. Ia percaya bahwa setiap keberhasilan adalah hasil kerja keras tim, bukan semata-mata pribadi.
“Semua kasus punya tantangan dan nilai kebanggaan masing-masing. Tidak ada yang mudah, tapi setiap selesai terungkap, itu menjadi bukti bahwa tidak ada yang mustahil kalau kita mau berusaha,” tandasnya. (ris)