Rekonsiliasi Terjalin, Wali Kota Prabumulih Kembali Fokus Realisasikan Program Prioritas

3 weeks ago 28

RADARBEKASI.ID, PRABUMULIH – Tidak ada kepemimpinan yang selalu mulus tanpa ujian. Wali Kota Prabumulih, Arlan, merasakan hal itu ketika keputusan mencopot Kepala SMPN 1 menuai polemik. Alih-alih menutup diri, ia memilih jalur rekonsiliasi, meminta maaf, dan memastikan fokus utamanya tetap pada pengabdian kepada masyarakat.

Polemik pencopotan Kepala SMPN 1 Prabumulih menjadi peristiwa yang sempat mengguncang ketenangan kota kecil di Sumatera Selatan itu. Warga memperbincangkannya, media menyorotinya, dan tidak sedikit pihak yang menilai langkah tersebut tergesa-gesa. Situasi menjadi semakin panas ketika isu ini berkembang di ruang publik.

Arlan, yang dikenal tegas namun dekat dengan warga, akhirnya tampil ke depan. Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/9), ia menyampaikan permohonan maaf secara terbuka.

“Saya memohon maaf kepada masyarakat Indonesia, khususnya warga Prabumulih. Kesalahan ini menjadi pelajaran berharga agar saya lebih bijak dalam melangkah,” ucapnya dengan nada tulus.

Permintaan maaf itu bukan sekadar formalitas. Ia menegaskan bahwa kejadian tersebut menjadi refleksi penting agar setiap keputusan di masa depan lebih matang, mempertimbangkan sisi kemanusiaan dan kepentingan warga.

Rekonsiliasi yang Menyejukkan

Langkah Arlan tidak berhenti di meja konferensi pers. Ia mendatangi langsung kediaman Kepala SMPN 1, Roni Ardiansyah. Dengan sikap rendah hati, ia mengajak kembali Roni untuk melanjutkan pengabdian di dunia pendidikan. Pada 17 September 2025, Roni pun kembali aktif menjabat sebagai kepala sekolah.

Momen rekonsiliasi itu menjadi sinyal kuat bahwa Arlan memilih jalur kebersamaan.

“Beliau datang dengan kerendahan hati dan merangkul saya. Saya anggap ini langkah baik untuk membangun hubungan lebih sehat,” ungkap Roni.

Gestur ini mendapat apresiasi luas. Banyak pihak menilai sikap terbuka dan kemampuan meminta maaf dari seorang pemimpin merupakan modal penting dalam menjaga harmoni kota. Rekonsiliasi tidak hanya menyembuhkan luka personal, tetapi juga menenangkan keresahan publik.

Fokus Melanjutkan Pengabdian

Setelah rekonsiliasi, Arlan menegaskan kembali prioritasnya: pembangunan untuk masyarakat Prabumulih. Menurutnya, polemik tidak boleh mengalihkan energi dari agenda utama yaitu mewujudkan kota yang lebih maju dan sejahtera.

“Kita harus kembali fokus pada yang utama. Prabumulih butuh suasana kondusif agar program pembangunan benar-benar bisa memberi manfaat,” ujarnya.

Sejak awal masa jabatannya, Arlan sudah menyiapkan sejumlah program prioritas, antara lain:

– Peningkatan infrastruktur jalan agar mobilitas warga lebih lancar.

– Revitalisasi fasilitas umum, termasuk taman kota dan ruang terbuka hijau.

– Perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan sebagai kebutuhan dasar masyarakat.

– Penguatan ekonomi lokal melalui dukungan UMKM dan pelatihan kerja.

Dengan tekad baru setelah rekonsiliasi, program-program tersebut diyakininya akan berjalan lebih efektif.

Komunikasi Terbuka dengan Warga

Salah satu pelajaran berharga dari polemik SMPN 1 adalah pentingnya komunikasi terbuka. Arlan menyadari bahwa masyarakat butuh ruang untuk didengar. Oleh karena itu, ia mulai rutin mengadakan forum dialog, baik secara formal maupun santai, agar aspirasi warga terserap lebih maksimal.

“Banyak suara yang berkembang, sebagian membuat situasi panas. Tapi saya percaya, dengan sikap terbuka dan mendengar langsung, kita bisa mengurangi kesalahpahaman,” katanya.

Warga pun mulai melihat sisi lain dari kepemimpinan Arlan: seorang pemimpin yang tidak segan mengakui kesalahan, belajar dari pengalaman, dan memperbaiki diri demi masyarakat.

Menjaga Kondusivitas Kota

Pembangunan hanya bisa berjalan jika suasana kota kondusif. Arlan sadar betul bahwa konflik atau perpecahan hanya akan menghambat program yang sudah direncanakan. Karena itu, ia mengajak semua pihak—baik aparatur, guru, tokoh masyarakat, maupun warga biasa—untuk menaruh kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

“Kesalahan sudah saya akui, pembelajaran sudah saya ambil. Sekarang mari kita bersama-sama menjaga kota ini tetap kondusif,” tegasnya.

Seruan ini disambut positif, terutama oleh komunitas pendidikan yang sebelumnya ikut merasakan imbas polemik. Mereka melihat komitmen Arlan sebagai upaya menjaga stabilitas dan mempercepat realisasi pembangunan.

Pengabdian sebagai Amanah

Bagi Arlan, jabatan Wali Kota bukan sekadar posisi administratif, melainkan amanah. Ia sering menekankan bahwa tujuan akhirnya adalah kesejahteraan warga. Karena itu, setiap keputusan, termasuk yang salah sekalipun, selalu menjadi bagian dari proses belajar.

Dalam beberapa kesempatan, ia menyebut kata pengabdian sebagai landasan kepemimpinan.

“Bagi saya, menjadi Wali Kota adalah kesempatan untuk mengabdi. Kesalahan bisa terjadi, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaikinya dan tetap fokus pada masyarakat,” ujarnya.

Harapan Baru untuk Prabumulih

Pasca-rekonsiliasi, suasana di Prabumulih mulai lebih tenang. Warga yang sempat khawatir kini melihat komitmen pemimpin mereka untuk tetap melanjutkan pembangunan.

Sejumlah program pembangunan yang sempat tertunda mulai kembali dijalankan. Jalan yang rusak mulai diperbaiki, taman kota kembali dibenahi, dan layanan pendidikan diperkuat. Langkah-langkah nyata ini memberi bukti bahwa polemik tidak menghalangi semangat pengabdian.

Ke depan, Arlan berharap seluruh elemen kota bisa saling mendukung. “Prabumulih hanya bisa maju kalau kita berjalan bersama. Tidak ada yang bisa membangun sendirian,” ucapnya. (*)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |