Orangtua Cemas, Konten Roblox di YouTube Dinilai Lebih Bahaya dari Gimnya

2 months ago 42

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Belakangan, pemerintah tengah mempertimbangkan pemblokiran gim daring Roblox karena dinilai mengandung banyak unsur kekerasan.

Tantangan untuk menciptakan ruang digital yang sehat bagi anak kian kompleks, mengingat banyaknya konten tidak layak yang beredar, mulai dari kekerasan, kata-kata kasar, hingga iklan yang muncul tiba-tiba.

Konten negatif ini tidak hanya ditemukan dalam permainan, tetapi juga dalam interaksi antar pemain serta konten media sosial yang menampilkan cuplikan permainan. Tanpa pengawasan yang memadai, hal ini bisa berdampak buruk, baik secara sosial maupun fisik terhadap anak.

Pemerintah, dengan kewenangan dan sumber daya yang dimilikinya, diminta untuk bekerja ekstra dalam mengatur dan mengawasi ruang digital bagi anak-anak.

Salahsatu warga Bekasi, Dadan Sutiana (43), mengungkapkan bahwa dua anaknya yang berusia 6,5 dan 13 tahun telah bermain Roblox selama satu tahun terakhir. Ia mengaku tidak terlalu khawatir, bahkan merasa Roblox memberi dampak positif.

“Terus terang saya itu senang kalau anak saya main Roblox karena dia bisa berbahasa Inggris, tapi memang ada negatifnya itu adalah kekerasan kalau tidak didampingi,” ungkapnya.

Sisi lain yang ia perhatikan, emosional anaknya kerap tidak stabil saat bermain. Seringkali merasa kesal saat mengalami kesulitan dalam memainkan game tersebut.

Justru, ia lebih khawatir saat anaknya menonton konten Roblox yang diproduksi oleh konten kreator di media sosial YouTube. Sebab, banyak konten yang diproduksi mengandung kata-kata kasar.

“Yang parah itu justru konten kreator yang main Roblox terus diupload ke YouTube, saya merasa yang bermasalah itu. Kalau dia main sendiri di Roblox nya itu saya terlalu khawatir,” katanya.

Meskipun tidak semua konten Roblox di media sosial mengandung unsur negatif, ia mengaku justru khawatir anaknya terpapar hal-hal negatif dari media sosial. Intensitas melihat konten Roblox di media sosial justru lebih lama dibanding bermain langsung.

“Anak saya bermain Roblox paling sejam, tapi kalau lihat di YouTube dia lama. Kalau YouTube kan di TV, jadi dengan lihat di TV pasti kan lebih enak lihatnya, lebih lama,” ungkapnya.

Sudah sepekan terkahir ia tidak lagi melihat anaknya bermain Roblox. Terkait pemblokiran Roblox, menurut Dadan tidak cukup dengan memblokir game online tersebut. Melainkan juga membersihkan konten video Roblox yang banyak mengandung kata-kata kasar dan unsur negatif lainnya di media sosial.

Pemerintah juga mesti memperhatikan gim daring lainnya yang juga mengandung unsur kekerasan, termasuk iklan berisi konten negatif yang tiba-tiba muncul saat anak-anak bermain.

“Kadang-kadang suka ada, harus diperhatikan yang seperti itu,” tambahnya.

Warga lainnya, Rino (31) satu bulan terkahir membatasi anaknya untuk bermain Roblox, bahkan akhir-akhir ini tidak sama sekali. Ia mengaku khawatir anaknya yang saat ini berusia 4 tahun terpapar percakapan negatif.

“Saya tidak terlalu lama menemani bermain, di chat itu ada potensi negatif buat anak kecil. Anak saya kan sudah mulai bisa baca, jadi itu takutnya dia tau obrolan yang ada disitu,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti menggaris bawahi pendampingan orangtua dalam setiap aktivitas anak di ruang digital termasuk dalam bermain game online.

Roblox sendiri kata dia, dapat merangsang kreativitas anak, namun unsur kekerasan di dalamnya berpotensi memberi dampak negatif.

“Artinya orangtua harus mendampingi anak-anak dalam bermain game online, dan orangtua juga harus menjadi contoh untuk anaknya,” katanya.

Penggunaan gadget pada anak belakangan memang menjadi sorotan Pemkot Bekasi menyusul kasus-kasus kekerasan yang melibatkan anak.

Bahkan, Pemkot Bekasi sempat mewacanakan pembatasan penggunaan gadget pada anak, saat ini tengah dibahas dalam perubahan Perda tentang perlindungan anak.

“Gadget kalau digunakan secara bijak memang bisa bermanfaat, tetapi kalau penggunaannya tidak dalam pengawasan tentunya bisa membahayakan untuk anak-anak,” tambahnya.

Literasi digital pada anak-anak maupun orangtua mesti menjadi perhatian penting oleh pemerintah. Perkembangan tehnologi informasi yang terjadi sangat masif menuntur semua orang untuk dapat beradaptasi, termasuk anak-anak dalam penggunaan gadget dan Internet.

Ketua LPAI Bekasi Raya, Frans Sondang Sitorus menyampaikan bahwa ruang digital selalu menyimpan dampak positif dan negatif. Begitu juga dengan game online, jika disikapi dengan baik, minat dan bakat anak di dunia game online bisa berdampak positif.

“Kalau kita larang, akan muncul juga game-game baru. Lebih baik orang tua mendampingi, baru kita sama-sama pelajari, makanya orangtua perlu literasi digital,” ungkapnya.

Seperti salah satu murid di Home Schooling miliknya yang telah berhasil meraih prestasi sebagai Gamers. Selain lewat kompetisi, muridnya juga menghasilkan pendapatan lewat konten game yang diupload di media sosial.

Perkembangan tehnologi informasi tidak bisa disikapi secara reaksioner, baik oleh pemerintah maupun orangtua. Ia mengingatkan tentang perubahan zaman.

“Mungkin (larangan bermain Roblox) ini maksudnya bagus, saya berharap didasari oleh kajian. Kalau perlu orang tua dan anak main bareng, kan bisa lebih terkontrol,” ucapnya.

Pemerintah mesti melihat potensi bahaya yang mengintai anak di ruang digital, baik dalam game online maupun media sosial. Pemerintah dengan kewenangan dan sumber daya yang dimiliki mesti mengawasi ruang digital secara ketat.

“Saya berharap dari Komdigi harus sweeping setiap hari, atau sebenarnya mereka kan bisa membaca itu setiap hari karena tehnologi kita sudah bagus, Cyber Crime juga sudah bagus,” tambahnya.

Dikutip dari Jawa Pos, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Angga Raka Prabowo, menegaskan bahwa pengawasan terhadap game daring seperti Roblox bukan semata bentuk pelarangan, tetapi merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah dalam menciptakan ruang digital yang aman bagi anak-anak.

Pernyataan itu disampaikan menyusul meningkatnya kekhawatiran terhadap konten kekerasan dan bahasa tidak pantas dalam gim populer tersebut.

“Kita ingin melindungi anak-anak kita dari hal-hal atau pengaruh-pengaruh negatif yang ada di dunia digital,” kata Angga Raka saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta baru-baru ini.

Ia menjelaskan bahwa pengawasan ini tidak hanya ditujukan kepada satu platform seperti Roblox, tetapi menyasar seluruh ekosistem digital yang berpotensi membahayakan perkembangan anak.

Pemerintah, kata Angga, akan bertindak jika ditemukan pelanggaran yang mengganggu nilai-nilai norma dan etika.

“Negara harus hadir. Kita sudah punya instrumen seperti Direktorat Jenderal Pengawasan Ruang Digital dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 atau PP Tunas untuk memastikan perlindungan anak dalam ruang digital,” jelasnya.(sur)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |