Musala di Bojongmangu Bekasi Ambruk Setelah Digunakan Salat Isya

1 month ago 39

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Gempa bumi dangkal berkekuatan Magnitudo 4,7 yang disertai beberapa kali gempa susulan mengguncang Kabupaten Bekasi pada Rabu malam (20/8). Dampaknya, sebuah musala dan beberapa ruang di sekolah mengalami kerusakan. Data kerusakan diterima dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di koordinat 6,52 Lintang Selatan dan 107,25 Bujur Timur, sekitar 19 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, dengan kedalaman 10 kilometer.

Musala Nurul Islam yang terletak di Kampung Walahar RT 015 RW 006 Desa Sukabungah Kecamatan Bojongmangu, mengalami kerusakan parah dan tidak bisa lagi digunakan untuk beribadah. Sementara itu, SMPN 3 Cikarang Pusat mengalami kerusakan di ruang guru, ruang administrasi, ruang BK, dan ruang kelas IX, serta terdapat keretakan struktural pada ruang kelas VII dan musala sekolah.

BACA JUGA: Akibat Gempa 4,9 M di Kab Bekasi, Bangunan Musola di Bojongmangu Roboh

Esi Sukaesih (52), warga yang tinggal tepat di depan Musala Nurul Islam, menceritakan bahwa hanya satu menit setelah gempa terjadi, bangunan musala langsung ambruk.

“Kebetulan saya habis salat langsung ke depan ke rumah kakak, baru sampe ngga lama anak bilang gempa,” ucap Esi kepada Radar Bekasi di Bojongmangu, Kamis (21/8).

Pantauan redaksi di lokasi menunjukkan kerusakan berat. Atap musala yang terbuat dari kayu ambruk ke bawah, lantai keramik terangkat, dan tembok bagian kanan serta depan pintu masuk roboh tertimpa material atap. Hanya tembok bagian kiri dan tempat imam yang masih berdiri. Musala berukuran 7×6 meter ini terakhir digunakan untuk salat Isya sebelum ambruk.

BACA JUGA: Tujuh Kali Terjadi Aktivitas Gempa di Kabupaten Bekasi

“Salat isya masih dipakai warga. Tidak lama langsung ambruk,” tambahnya.

Esi juga menyampaikan bahwa musala itu aktif digunakan untuk ibadah dan pengajian. Bahkan, pada pagi hari sebelum gempa, ia masih sempat membersihkannya.

“Kemarin saya baru ngepel, bersih-bersih, tidak taunya malem kena gempa,” tuturnya.

Musala Nurul Islam dibangun pada 2010 di atas tanah milik keluarga Esi. Pembangunannya dibantu oleh warga sekitar agar memiliki tempat ibadah bersama. Namun, kini kondisi musala rusak berat dan memerlukan renovasi total.

“Kemarin lantai kayak mau ngangkat-ngangkat gitu, lemari pada mau roboh. Motor diparkir juga pada goyang,” terang Esi.

Hal serupa dirasakan Saprudin (51), warga sekitar. Menurutnya, guncangan terasa sangat kuat dan terjadi secara tiba-tiba, membuat warga panik dan berlarian ke luar rumah.

“Waktu gempa, saya lagi nonton bola. Kaget langsung berhamburan lari ke depan rumah,” kata Saprudin.

Ia menyebut istrinya histeris saat gempa terjadi, apalagi saat mendengar suara ambruknya musala yang tidak jauh dari rumah mereka

“Perempuan di sini nangis, semua keluar rumah, takut banget. Terus ada gempa susulan lagi tapi yang terasa getarannya cuma dua kali itu,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bekasi, Dodi Supriadi, menyampaikan bahwa guncangan gempa terasa di seluruh wilayah Kabupaten Bekasi. Titik episentrum atau pusat gempa berada di wilayah Karawang. Hingga Kamis (21/8), pihaknya mencatat telah terjadi satu gempa utama dan 13 gempa susulan di Kabupaten Bekasi.

“Tidak ada korban jiwa akibat gempa tersebut,” terang Dodi.

Menanggapi peristiwa gempa yang sempat membuat panik warga, Dodi mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan segera memeriksa kondisi bangunan di sekitar tempat tinggal. Jika ditemukan kerusakan atau keretakan, warga diminta untuk segera menjauh guna menghindari potensi ancaman keselamatan.

“Bagi warga yang tinggal di gedung bertingkat, pastikan menggunakan jalur evakuasi secara tertib. Hindari penggunaan lift saat proses evakuasi,” ujarnya.

Dodi juga mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, seperti Muaragembong dan Tarumajaya, untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya sekunder seperti tsunami. Meskipun hingga saat ini belum ada indikasi atau deteksi terhadap kemungkinan bencana alam tersebut.

“Kesiapsiagaan masyarakat sangatlah penting untuk mengurangi resiko bencana. Tetap tenang, jaga keselamatan dan saling membantu satu sama lain,” tandasnya. (ris)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |