Kisah Ibu-Ibu Komunitas Kriya Kabupaten Bekasi: Dari Hobi jadi Rezeki

2 months ago 40

Beranda Cikarang Kisah Ibu-Ibu Komunitas Kriya Kabupaten Bekasi: Dari Hobi jadi Rezeki

PRODUK KERAJINAN: Sejumlah ibu-ibu rumah tangga membuat produk kerajinan tangan di Wibawa Mukti Creative Hub Komplek Stadion Wibawa Mukti, Jumat (8/8). FOTO: ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bagi sebagian orang, hobi hanya sekadar pengisi waktu. Namun bagi sekelompok ibu rumah tangga di Kabupaten Bekasi, hobi justru menjadi pintu rezeki.

Lewat Komunitas Kriya Kabupaten Bekasi, mereka mengubah waktu luang menjadi kegiatan kreatif yang menghasilkan uang, sekaligus menjadi ruang belajar bersama.

Komunitas ini beraktivitas di Wibawa Mukti Creative Hub Komplek Stadion Wibawa Mukti. Salah satunya Sesilia (35), yang mulai menekuni kerajinan tangan sejak 2017.

“Alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan dan jadi tambahan penghasilan buat keluarga,” kata Sesilia.

Sejak sekolah, Sesil sudah menyukai kerajinan tangan. Tahun 2017, ia mulai membuat aksesori dari kawat tembaga (wired) yang disulap menjadi bros, anting, gantungan kunci, dan beragam aksesori lain.

Awalnya dibuat untuk dipakai sendiri, namun karena banyak yang suka dan memesan, usahanya berkembang berkat media sosial.

Hanya dalam setahun, pesanan yang terus meningkat membuat Sesil mempekerjakan empat ibu-ibu di sekitar rumah.

“Karyawannya ibu-ibu sekitar rumah. Setelah pekerjaan di rumah beres, pada kumpul, beresin pesanan,” terang Sesil.

Dari bisnis ini, ia bisa meraih omzet Rp15–Rp17 juta per bulan. Pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya merosot. Karena aksesori bukan kebutuhan pokok, ia terpaksa memberhentikan seluruh karyawan.

Meski omzet turun menjadi sekitar Rp1 juta per bulan, usaha tetap berjalan. Kini, usahanya kembali bangkit dengan omzet rata-rata Rp9 juta per bulan dan satu karyawan tetap.

Menurut Sesil, kerajinan tangan cocok untuk ibu rumah tangga yang ingin memanfaatkan waktu luang setelah pekerjaan rumah selesai.

“Bermain di bidang kriya ini bisa jadi solusi. Tinggal bagaimana mau belajar,” ucapnya.

Meski sudah memiliki pesanan tetap, Sesil mengaku masih terus belajar mengingat model aksesori yang kian berkembang.

“Belajarnya gampang, tinggal buka medsos, semuanya ada atau mau bareng di komunitas kriya juga silakan,” katanya.

Hal senada disampaikan Tri (34), anggota komunitas lainnya. Meski memiliki tiga anak, ia tetap membuat gelang anak dari manik-manik.

“Minimal kalau belum untuk bisnis, bisa buat hal positif dulu. Buat relaksasi diri, hati senang,” ungkap Tri.

Dikatakan Tri, pernak-pernik merupakan bisnis yang stabil. Di tengah perubahan zaman, kebutuhan akan aksesori tetap terjaga dan selalu dibutuhkan dalam dunia fesyen.

“Selama manusia membutuhkan sisi estetika, pernak-pernik masih akan terus dicari. Tinggal bagaimana buat model yang menarik, itu saja sih. Tapi untuk isi waktu luang sambil cari cuan, ini bisa banget,” tandas Tri. (ris)

Read Entire Article
Tenaga Kerja | | | |