
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah halte bus di Kota Bekasi kini tampak memprihatinkan.
Padahal, fasilitas tersebut dibangun dengan anggaran mencapai Rp1,6 miliar dari APBD Perubahan 2023.
Radar Bekasi mencoba menelusuri 10 halte modern tersebut. Hasilnya, dua halte berukuran kecil mengalami kerusakan, sementara satu halte berukuran besar digunakan warga untuk berdagang.
Adapun tujuh halte lainnya terlihat tidak terawat, dipenuhi debu, sarang laba-laba, dan sampah berserakan di setiap sisinya.
Dua halte yang mengalami kerusakan terletak di Jalan Jenderal Sudirman arah Stasiun Kranji dan di Jalan Sersan Aswan.
Di Jalan Jenderal Sudirman, satu dari dua kursi di dalam halte tampak rusak parah sehingga tak bisa digunakan penumpang.
Sementara di Jalan Sersan Aswan, satu kursi sudah hilang, dan beberapa panel akrilik pelindung tampak copot.
Kondisi lebih parah terlihat di Jalan Cut Mutia, Bekasi Timur, di mana salah satu halte dijadikan lapak berjualan dan banyak sampah.
Sisi dalam halte dipenuhi barang dagangan, meninggalkan sedikit ruang bagi warga yang hendak berteduh atau menunggu kendaraan umum.
Pengguna Halte Nurpini (22), menilai pemerintah perlu tegas menindak pihak-pihak yang menyalahgunakan fungsi halte.
“Halte itu kan fasilitas umum, harus digunakan sebagaimana mestinya. Pemerintah kota seharusnya menindak oknum-oknum yang mungkin menyalahgunakan halte itu,” ujarnya saat ditemui di Bekasi Timur.
Ia juga menyoroti kondisi halte yang kehilangan sebagian fasilitasnya.
“Kalau lagi nunggu di halte, terus kursinya hilang satu atau rusak, tentu menyusahkan. Fungsinya kan tempat menunggu. Kalau gak nyaman, orang malah malas naik kendaraan umum,” tutur Nurpini.
Sebagai warga, ia berharap Pemkot Bekasi segera melakukan perbaikan.
“Mungkin ke depan bisa direnovasi lagi, diperbanyak kursinya, kalau ada atap yang bocor diperbaiki. Supaya penumpang nyaman menunggu,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, Pemkot Bekasi membangun 10 halte modern di sejumlah titik strategis. Rinciannya, lima halte di Jalan Cut Mutia, dua halte di Jalan Chairil Anwar, dua halte di Jalan Jenderal Sudirman, dan satu halte di Jalan Sersan Aswan.
Dikutip dari laman sistem pengadaan secara elektronik (spse.inaproc.id/bekasikota) setiap halte besar dibangun dengan nilai pagu Rp180 juta, sedangkan halte kecil sekitar Rp135 juta per unit. Total anggaran yang digelontorkan mencapai Rp1,665 miliar.
Proyek yang sempat menjadi kebanggaan Pemkot Bekasi ini dirancang sebagai halte berkonsep modern.
Halte berukuran besar memiliki kursi panjang dengan kapasitas empat orang. Sedangkan halte berukuran kecil memiliki bangku dengan kapasitas dua orang.
Halte dengan dominan warna biru ini juga memiliki papan informasi yang memberikan informasi nomor angkutan umum yang melintasi halte tersebut.
Selain itu, halte modern juga dilengkapi oleh pengeras suara, pengisian daya ponsel dan juga CCTV atau kamera pengawas yang terhubung dengan ATCS (Area Traffic Control System).
Namun, baru setahun lebih sejak dibangun, sebagian besar halte kini mengalami kerusakan ringan hingga berat. Tidak terlihat adanya upaya perawatan berkala dari pihak terkait.
Ironisnya, halte yang dulu digadang-gadang sebagai simbol modernisasi transportasi di Kota Bekasi kini justru menjadi deretan bangunan lusuh yang menunggu nasib. (rez)