
RADARBEKASI.ID, BEKASI — Seekor hiu tutul dalam kondisi mati ditemukan oleh nelayan di perairan Kampung Muaramati Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi, pada Selasa (30/9) sekitar pukul 08.00 WIB.
Penemuan ini bermula saat seorang nelayan hendak mengecek hasil tangkapan di dalam sero atau alat tangkap ikan tradisional, yang terletak sekitar tiga kilometer dari daratan. Tak disangka, di dalam sero tersebut terdapat seekor hiu tutul yang sudah tak bernyawa.
Sekretaris Desa Pantaibahagia, Ahmad Qurtubi, mengungkapkan bahwa hiu tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan bernama Rohani. Seperti biasa, setiap pagi Rohani mengecek hasil laut berupa ikan dan udang di seronya.
“Jam 8 pagi dia datang ke seronya, melihat dan menemukan ikan hiu paus itu sudah mati di dalam sero itu. Bobotnya satu ton, panjangnya sekitar empat sampai lima meter,” kata Qurtubi.
Sebelum ditemukan mati, lanjut Qurtubi, pada Senin (29/9) sore, nelayan sempat melihat ikan hiu tersebut seperti sekarat berenang menuju sero.
Ia menduga hiu tersebut belum lama mati karena kondisinya masih segar. Menurutnya, tidak ditemukan luka di tubuhnya.
“Kalau dalam kondisi itu karena masih segar, belum lama mati kayaknya. Saya lihat dalam kondisi fisik, tidak ada sama sekali luka,” tambahnya.
Bangkai hiu kemudian dievakuasi ke daratan oleh enam orang nelayan. Warga berencana menguburkannya untuk mencegah pencemaran lingkungan.
“Mau dikubur menurut para nelayan, ketua RT, dan arahan dari kepala desa. Agar tidak polusi, itu kan polusi udara dan sebagainya,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa perairan Pantaibahagia merupakan jalur lintasan hiu tutul dan lumba-lumba jenis hidung botol. Namun, keberadaan satwa-satwa ini semakin jarang terlihat akibat pencemaran laut dan lalu lintas kapal besar.
Secara umum, ancaman terbesar bagi mereka adalah limbah, dan yang kedua adalah risiko terkena baling-baling kapal besar. Jalur perairan kita ini memang merupakan lintasan kapal-kapal internasional. Kalau soal kapal, sepertinya bukan penyebab langsung, karena tidak ditemukan bekas luka. Mungkin ikan itu sakit, atau memang sudah takdirnya,” jelas Qurtubi.
“Secara umum, ancaman terbesar mereka adalah pertama limbah, kedua adalah terkena baling-baling atau kapal besar. Kan lintasan kita ini adalah lintasan kapal-kapal dari internasional,” ujarnya.
“Kalau (penyebab mati,red) karena kapal sepertinya tidak, karena tidak ada bekas luka. Mungkin karena ikan itu sakit atau emang karena sudah takdirnya,” imbuh Qurtubi.
Penemuan hiu mati ini merupakan yang kedua kalinya di kawasan tersebut. Sekitar dua hingga tiga tahun lalu, seekor hiu paus juga ditemukan mati tak jauh dari lokasi yang sama. (ris)