RADARBEKASI.ID, BEKASI – Guru dihadapkan pada pembelajaran baca, tulis, hitung (calistung) bagi para siswa-siswi, khususnya jenjang Sekolah Dasar (SD) yang membutuhkan strategi inovatif dan kreatif untuk membantu mereka menguasai keterampilan dasar.
Menurut Pengawas SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi, Supyanto, tantangan ini meliputi tingkat kesulitan siswa yang beragam, kebutuhan penyesuaian metode dengan gaya belajar dan tahap perkembangan anak, serta potensi kebosanan siswa jika pembelajaran tidak menyenangkan.
“Siswa memiliki latar belakang dan kemampuan awal yang berbeda dalam belajar calistung, sehingga guru perlu menangani siswa yang mengalami kesulitan,” ucapnya kepada Radar Bekasi.
Supyanto menilai, salah satu faktor kesulitan pada pembelajaran calistung di sekolah, khususnya jenjang SD adalah, keterbatasan sumber daya guru dan kurangnya sarana dan prasarana (sarpras).
“Kekurangan sumber daya guru dan sarpras tentu akan membuat kurang maksimal pembelajaran calistung bagi para siswa-siswi di sekolah,” bebernya.
Selain itu, kurangnya dukungan orang tua, dimana saat ini beberapa orang tua mungkin tidak melakukan pendampingan secara aktif dalam proses belajar anak di rumah, sehingga guru harus bekerja lebih ekstra untuk memastikan para siswa-siswi agar bisa calistung.
Sementara motivasi belajar siswa-siswi yang tidak punya semangat belajar, akan sulit memahami materi, sehingga peran guru dan orang tua sangat penting dalam menumbuhkan motivasi anak.
Lanjut Supyanto, karakter masing-masing siswa kelas 1 tentu berbeda-beda, ada yang suka membaca, ada yang suka berhitung, sehingga guru perlu memahaminya.
“Kurangnya interaksi dengan orang tua maupun guru, ini juga menjadi salah satu penyebab siswa merasa tidak nyaman dan kurang termotivasi untuk belajar,” terangnya.
Supyanto menambahkan, faktor lainnya adalah, kurangnya persiapan dalam mengajar. Guru yang kurang persiapan dalam mengajar, akan mengganggu perkembangan siswa secara akademis.
“Perilaku siswa-siswi itu beragam, sehingga guru harus lebih kreatif memberikan materi pembelajaran di dalam kelas,” imbuh Supyanto.
Sehingga untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, guru perlu menggunakan beberapa strategi, seperti kerja sama dengan orang tua dalam memantau kemajuan siswa di rumah dan membangun motivasi belajar.
“Siswa, terutama usia dini, mudah bosan jika metode yang digunakan monoton. Guru harus menciptakan suasana yang menarik agar siswa tetap termotivasi. Metode yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan setiap anak, tidak bisa dipaksakan secara seragam,” tuturnya.
Supyanto menyarankan, agar guru menggunakan pendekatan yang beragam, seperti permainan edukatif, media visual, atau metode kontekstual yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa.
“Berikan dorongan dan apresiasi kepada siswa, untuk memotivasi mereka agar terus semangat belajar,” katanya.
Kemudian, sesuaikan pembelajaran dengan gaya belajar siswa dan berikan perhatian individual kepada mereka yang membutuhkan dukungan ekstra.
“Libatkan orangtua untuk mendukung proses belajar siswa di rumah, karena ini sangat penting untuk keberhasilan pendidikan dasar. Sekolah juga perlu memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas yang memadai, dan pelatihan bagi guru agar mampu mengelola pembelajaran calistung dengan baik,” ujar Supyanto.
Selanjutnya, guru harus terus mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
“Ciptakan suasana kelas yang aman, nyaman, dan menyenangkan, serta sisipkan elemen permainan dalam proses pembelajaran,” tandas Supyanto. (dew)