JAKARTA – Sebuah gambaran suram terbentang bagi generasi muda di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP). Bank Dunia dalam laporan terbarunya, East Asia and Pacific Economic Update, mengungkapkan bahwa satu dari setiap tujuh orang muda di China dan Indonesia masih berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini menjadi perhatian serius di tengah tingginya angka partisipasi angkatan kerja di sebagian besar negara di kawasan tersebut.
Meskipun persentase penduduk usia kerja yang memiliki pekerjaan terbilang tinggi, realitasnya tidak semudah itu bagi para pemuda untuk meniti karier yang stabil dan menjanjikan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang masa depan ekonomi mereka.
“Masalahnya adalah kaum muda kesulitan mencari pekerjaan, terutama di negara-negara seperti China dan Indonesia, satu dari tujuh orang tidak memiliki pekerjaan, ” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, dalam taklimat media di Jakarta.
Lebih lanjut, Bank Dunia juga menyoroti rendahnya produktivitas tenaga kerja di kawasan ini. Banyak negara besar di EAP memang memiliki tingkat ketenagakerjaan di atas rata-rata global, namun sayangnya, produktivitas mereka masih tertinggal jauh dari standar dunia. Dampak langsungnya terasa pada rendahnya upah dan kualitas hidup para pekerja.
“Peningkatan produktivitas menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh negara di kawasan. Produktivitas yang lebih tinggi berarti upah yang lebih baik dan pekerjaan yang lebih berkualitas, ” tegas Mattoo. Namun, ia menambahkan bahwa bagi generasi muda, peningkatan jumlah lapangan kerja juga sama pentingnya.
Bank Dunia menekankan bahwa reformasi untuk menciptakan pekerjaan yang lebih produktif di kawasan Asia Timur dan Pasifik harus bertumpu pada tiga pilar utama. Pertama, penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui perbaikan layanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, serta penguasaan keterampilan yang relevan dengan teknologi masa depan. Kedua, perluasan peluang ekonomi dengan mendorong investasi besar-besaran di sektor infrastruktur, mulai dari transportasi, energi, hingga digital, serta menciptakan iklim usaha yang ramah bagi perusahaan baru dan akses modal swasta. Ketiga, koordinasi kebijakan yang efektif agar peningkatan kapasitas manusia dan perluasan peluang ekonomi dapat berjalan selaras dan saling mendukung.
“Penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik merupakan inti dari tantangan pembangunan di kawasan ini. Pekerjaan bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga memberikan martabat, tujuan hidup dan jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi individu dan keluarga mereka, ” demikian tertulis dalam laporan tersebut, menggambarkan betapa krusialnya peran pekerjaan dalam kehidupan manusia.
Dalam laporan yang sama, Bank Dunia mengidentifikasi lima sektor yang dinilai memiliki potensi besar dalam penciptaan lapangan kerja sekaligus ketahanan terhadap guncangan ekonomi global. Sektor-sektor tersebut meliputi agribisnis, kesehatan, infrastruktur dan energi, manufaktur, serta pariwisata. (PERS)